Tradisi Keramas Massal di Sungai Cisadane
Warga Kampung Bekelir melakukan tradisi keramas massal di Sungai Cisadane untuk mensucikan diri menjelang bulan suci ramadhan. Hal ini merupakan tradisi leluhur yang masih diterapkan hingga saat ini. (Foto:antarafoto)
Ratusan warga Kampung Bekelir, Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, berkumpul untuk mandi dan keramas di bantaran Sungai Cisadane pada Minggu, 10 Maret 2024. Diketahui, kegiatan ini dimulai pada pukul 16.00 WIB. Tradisi keramas massal merupakan tradisi turun temurun yang rutin dilakukan ketika menjelang bulan ramadhan.
Warga Kampung Bekelir terlihat memiliki antusias yang tinggi pada tradisi keramas massal ini. Pasalnya, kegiatan ini memiliki nilai-nilai moral yang tersirat, seperti menyucikan diri, jiwa, dan fisik umat muslim sebelum menjalani ibadah puasa. Dalam tradisi ini, sebelum memasuki bulan ramadhan, warga dituntut harus bersih dalam diri, bersih keluarga, bersih masyarakat, serta bersih lingkungan.
Namun, banyak warga yang tidak bisa mengikuti tradisi ini lantaran mengalami keterbatasan saat menuju Sungai Cisadane. Warga yang memiliki permasalahan ini bisa tetap membaca doa dan melantunkan shalawat sebelum melakukan tradisi mandi keramas tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang, Rizal Ridolloh mengatakan tradisi ini merupakan warisan budaya yang harus dijaga sehingga tradisi ini bisa terus berlanjut dan tidak berhenti di satu generasi tertentu. Selain itu, tradisi ini bisa diikuti oleh semua kalangan dan tidak ada batasan umur. Seluruh warga dari berbagai daerah bisa mendatangi Sungai Cisadane dan mengikuti tradisi ini.
"Ini tentu menjadi khasanah kebudayaan yang ada di Kota Tangerang dan harus terus dijaga. Alhamdulillah, ratusan warga hadir mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Artinya, mereka masih peduli dengan budaya yang ada di Kota Tangerang," ujar Rizal, dikutip dari antaranews.com, Minggu (10/3).
Tak hanya itu, Rizal juga mengatakan bahwa tradisi keramas massal ini sedang diajukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang untuk menjadikan tradisi ini sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk melindungi warisan budaya dan juga menjaga tradisi tersebut agar tetap lestari. Dengan mengajukan tradisi ini ke WBTB, akan lebih banyak warga sekitar Cisadane yang sadar bahwa mereka memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Selain itu, tradisi keramas massal ini diharapkan bisa menjadi ikon tradisi masyarakat kota Tangerang.
Selain melakukan kegiatan keramas, tradisi ini juga mengajarkan seluruh warga untuk menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan sekitar terutama kebersihan Sungai Cisadane. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengambil sampah yang terlihat berserakan dan membuangnya pada tempatnya. Dengan adanya kegiatan ini, silaturahmi antar warga bisa terjalin dengan baik.
Tradisi keramas massal ini dimulai dengan berdoa dan membasahi badan menggunakan air dari Sungai Cisadane, lalu kegiatan ini dilanjutkan dengan menggunakan sabun ke seluruh badan dan memakai sampo pada rambut. Kegiatan keramas ini akan diakhiri dengan menceburkan diri ke Sungai Cisadane. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh anak-anak untuk membilas badan sambil berenang.
Perlu diketahui bahwa kegiatan ini tidak luput dari pengawasan beberapa pihak. Pihak-pihak tersebut meliputi belasan personel gabungan dari polisi, petugas BPBD Kota Tangerang, dan Tagana. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan para warga dalam kegiatan keramas massal di Sungai Cisadane tersebut.
Teks: Azizah Soffa Marwah